Thursday 2 February 2017

Ketika Al-Quran diam-diam diajarkan di Kesatuan Soviet


www.islampos.com | .

AKU, seorang Muslim Rusia. Aku mengenal Islam dari seorang ulama yang mengajarkannya secara diam-diam, ditengah kuatnya hegemoni komunis yang menguasai negeri ini. Kini, usiaku telah menginjak sembilan puluh lima tahun.

Pada masa itu aku baru menginjak usia dua puluh lima tahun. Penganut Islam ditindas, agama itu seolah tak dibenarkan hidup di Rusia.



"Kami (Muslim-red) membina rumah besar dengan ruang terbuka di tengah-tengahnya. Di sisi-sisi lorong rumah, kami akan membina ruang kedap suara. Ada sebuah pintu rahasia, yang mengarah dari dewan menuju ruang ini. Di tempat ini, kami meletakkan botol-botol minuman keras, meletakkan potret Lenin dan tokoh komunis lain, skrin televisyen juga memasang poster-poster pornografi dekat dengan dinding di mana pintu rahsia itu terletak.

"Setiap kali polis datang dan menggeledah rumah, mereka tidak akan mencari apa-apa. Mereka hanya akan melihat botol-botol minuman keras, dan menganggap bahawa keyakinan penghuninya selaras dengan ideologi mereka sendiri. Mereka pergi dengan puas, tertipu oleh apa yang mereka amati. Mereka tak sedar, hanya beberapa meter dari botol-botol minuman keras itu, anak-anak muda tak berdosa tengah membaca Qur'an.

"Kami akan mengunci diri dalam bilik itu selama enam bulan pada satu masa, mengajar anak-anak bagaimana membaca Qur'an. Bahkan Sahih Bukhari juga diajarkan di sana. Melampaui batas-batas ruang mereka. Angin kelam komunisme bertiup, berlangsung tanpa henti. Tetapi di sebalik itu semua, wahyu Allah dan Nabi-Nya sedang dibacakan dan dihafal."

Hanya Allah yang dapat membalas jasa dan dedikasi mereka dalam memelihara iman umat Islam di daerah penindasan yang penuh dengan ketidakadilan ini. Sumbangan mereka sangat berharga, ini seharusnya memberi inspirasi kepada umat Islam untuk konsisten mendedikasikan diri mengajarkan Islam walaupun dalam masa-masa sukar. []

Sumber: Pearls from the Path - Fascinating Anecdotes From Islamic History - Volume 2 - Compiled by Moulana Afzal Ismail

No comments:

Post a Comment